Selasa, 07 Agustus 2012

Tips dan Aturan Berkicau di Twitter


Assalaamu 'Alaykum Wa Rochmatulloohi Wa Barokaatuh.

sekarang ini anda pasti mempunyai akun Twitter. dan sepertinya ada yang aneh apabila anda tidak berkicau di Twitter dalam 1 jam saja. tapi apakah anda sudah tau aturan atau etika berkicau di Twitter?
sebenarnya memang kita bebas melakukan apa saja dalam ber-Twitter, tapi sebaiknya akan lebih menyenangkan apabila anda tidak perlu kehilangan followers kan?

apa saja hal yang menyebabkan anda kehilangan followers di Twitter? sebenarnya hal yang simpel saja. contohnya:
  • anda kesal atau curhat, tapi menggunakan kata-kata kotor.
  • yang anda tweet mungkin suatu info yang tidak berguna atau user sekarang menyebutnya Nyampah.
  • terdapat fungsi Reply dan RT. RT (Retweet) adalah berfungsi sebagai me-Retweet apa yang sudah ditweet oleh teman/following anda sebelumnya. dan sebenarnya yang dilakukan apabila membalas tweet dari seseorang adalah Reply. beberapa Twitter Client seperti UberSocial, SocialScope, Echofon, TweetDeck, dan lain-lain memang menyediakan layanan RT (Quote/Edit Tweet) sebelum diUpdate. tetapi minimalkan membalas tweet seseorang dengan meng-RT dengan Quote/Edit Tweet, karena salah satu fungsinya adalah memperbaiki, memberitahu, dan membenarkan Quote yang ditweet sebelumnya.
  • janganlah menyebut (me-mention) akun Twitter lain apabila memang ada masalah. karena ditakutkan terjadi perang mulut di Twitter yang menyebabkan followers anda membacanya sehingga membuat followers anda memilih untuk meng-Unfollow anda.
  • apabila anda difollow oleh teman anda, usahakan mem-follow balik teman anda juga. jangan merasa gengsi untuk mem-follow seseorang terlebih dahulu, dan juga merasa kesal apabila anda tidak diFollow kembali oleh teman anda. tapi jika anda merasa tidak nyaman, silahkan Unfollow saja. karena anda berhak mengendalikan akun Twitter anda sendiri.

sebaliknya, apa yang harus anda lakukan apabila ingin menambah followers anda?

  • berikan info-info atau kata/kalimat menarik yang dapat anda bagikan ke followers anda. info/kalimat tersebut bisa dari anda meng-RT dari tweet orang lain ataupun anda memberikan info itu sumbernya dari anda sendiri.
  • jangan berikan info yang sumbernya tidak jelas ataupun berita HOAX (berita bohong). usahakan apabila anda memberikan info bisa mencantumkan sumbernya, misalkan link website.
  • apabila tidak ada info yang bisa ditweet, anda bisa meng-tweet Quote of The Day atau sejenisnya. karena apabila followers anda membacanya dan tertarik, biasanya followers anda akan meng-RTnya kembali.
  • kurangi melakukan pembicaraan dengan teman-teman anda melalui Twitter di timeline, meskipun hal tersebut susah sekali dihindari. tetapi setidaknya bisa anda minimalkan.

dan memang, salah satu aturan penting dalam Twitter yang sering dilalaikan mayoritas pengguna Twitter adalah Tidak Menggunakan Reply dan menggunakan Quote/Edit Tweet (Retweet with Quote) dalam membalas atau bersahut-sahutan di Twitter.
saya akan coba memberikan tipsnya. semoga bermanfaat.

sadarkah anda bahwa dalam penggunaan Reply dan Retweet with Quote (Quote/Edit Tweet) sekarang ini sudah menjadi salah kaprah dalam penggunaannya?
banyak pengguna Twitter sudah tidak sadar kalau dalam membalas/menjawab tweet dari teman banyak yang menggunakan Quote/Edit Tweet (Retweet with Quote). sekarang ini, dalam melakukan pembicaraan atau bersahut-sahutan di Twitter seperti chatting sudah sangat tidak bisa dihindarkan. jadi yang bisa dilakukan hanya mengikuti arus dengan adanya trend dalam ber-Twitter dengan etika yang terbentuk dengan sendirinya dalam menggunakan Twitter.
tapi taukah anda sebenarnya penggunaan Quote/Edit Tweet (Retweet with Quote) sebenarnya bukan fungsi untuk membalas/menjawab tweet?

RT disini mempunyai arti men-tweet ulang apa yang ditweet orang lain. lalu Quote/Edit Tweet (Retweet with Quote) adalah untuk menambahkan atau memperbaiki isi tweet orang lain tersebut sebelum akhirnya anda tweet ulang.

disini saya akan mencoba menjelaskan kenapa anda harus menggunakan Reply dan jangan menggunakan Quote/Edit Tweet (Retweet with Quote) apabila membalas/menjawab tweet.
usahakan penggunaan RT bisa sangat anda minimalkan dan anda gunakan sesuai dengan fungsinya.

pada Twitter Client seperti UberSocial, SocialScope, Echofon, TweetDeck, dan lain-lain memang banyak yang menyediakan fitur Quote/Edit Tweet (Retweet with Quote). tetapi kalau kita buka Twitter normal (dari Web atau Aplikasi Ofisial Resmi Twitter untuk masing-masing OS di device anda), tidak akan ada fitur tersebut. sementara banyak pengguna Twitter itu menggunakan BlackBerry, Android, maupun iPhone dengan bermacam-macam Twitter Client yang tersedia. bisa dibilang sangat jarang sekali orang-orang yang nge-tweet dari PC via Web Browser atau dari HP via aplikasi Twitter resmi.

dengan kondisi yang terjadi saat ini dimana Twitter sekarang dijadikan seperti chatting/conversation sehingga bisa saling bersahut-sahutan yang sudah sangat sulit dihindari. kebanyakan pengguna Twitter menggunakan RT dalam membalas tweet. bukan menggunakan Reply.

banyak yang mengasumsikan bahwa RT adalah singkatan dari 'Reply To'. tetapi sebenarnya bukanlah itu kepanjangan dari singkatannya, yang benar adalah singkatan dari 'ReTweet'. jadi, fungsi RT sebenarnya adalah untuk men-share sesuatu atau info yang memang menarik untuk diShare atau gunakan Quote/Edit Tweet (Retweet with Quote) untuk memperbaiki isi tweet tersebut apabila ingin ditambahkan infonya dan kemudian bisa anda share ke followers anda.

"memang kenapa kalau menggunakan Reply? bukannya sama saja apabila menggunakan Quote/Edit Tweet (Retweet with Quote)? kan selama dimention juga tetap terbaca?"
iya, memang benar. tapi akan saya sebutkan kenapa Quote/Edit Tweet (Retweet with Quote) dan Reply itu berbeda meskipun di timeline sebenarnya terlihat sama saja.

fitur Reply:
  • RT bukan singkatan dari 'Reply To'. jadi mulai sekarang biasakanlah menggunakan Reply dan bukan Quote/Edit Tweet (Retweet with Quote) dalam bersahut-sahutan di Twitter.
  • dengan Reply ada yang bilang: "nanti tweet dari teman yang kita ajak besahut-sahutan itu tidak terlihat dan tidak tau isinya?". sebenarnya, tinggal klik "in reply to" atau "view conversation" saja anda sudah bisa tau apa riwayat pembicaraan atau tweet apa yang sedang berlangsung dengan teman anda tersebut.
  • anda lumayan bisa lebih banyak dalam menulis di Twitter yang hanya 140 karakter. karena kalau menggunakan Quote/Edit Tweet (Retweet with Quote) tentunya riwayat tweet anda sebelumnya mau/tidak harus terhapus dan balasan anda menjadi lebih pendek dari yang anda harapkan.

fitur Quote/Edit Tweet (Retweet with Quote):
  • tidak ada "in reply to" atau "view conversation". jadi kalau anda ngetweet panjang biasanya akan masuk ke dalam Twitlonger dan sebagainya. sehingga anda harus membuka isi Twitlonger dulu yang biasanya otomatis masuk ke Browser. kalau jaringan lagi Lemot ya malah makin lama jadinya -__-
  • biasanya untuk menghindari tweet yang terpotong atau masuk ke Twitlonger, maka biasanya tweet akan diedit atau dikurangi supaya pas dan tidak masuk ke Twitlonger dan sebagainya. karena ini adalah conversation dan bukan info yang nantinya malah terjadi misscommunication karena isi tweet dikurangi.
  • tweet dari teman yang terproteksi akan masuk juga ke semua followers. padahal seharusnya kalau tidak follow, tweet tersebut tidak akan terlihat karena terproteksi.
  • user ID (username) bisa jadi terpotong, sehingga semakin tidak ketahuan tweet anda ditujukan ke siapa.
  • dengan Quote/Edit Tweet (Retweet with Quote), maka tweet anda akan terhitung seperti Compose Tweet atau New Tweet. sehingga tweet tersebut akan masuk ke semua timeline followers anda. jadi anda akan terkesan Nyampah di timeline followers anda, padahal maksud anda hanya ingin menjawab apa yang ditweet teman anda. apabila anda menggunakan Reply, maka tweet tersebut akan ditujukan langsung ke orangnya dan tidak muncul di timeline followers anda. tweet tersebut hanya akan muncul di timeline anda sendiri dan timeline teman anda yang anda Reply.
  • kalau menjawab tweet dengan Quote/Edit Tweet (Retweet with Quote), anda terkesan sangat ingin eksis di semua followers anda. padahal anda hanya berniat menjawab tweet untuk orang yang anda mention. tidak menutup kemungkinan bahwa anda bisa kehilangan followers (diUnfollow) oleh followers anda karena anda terkesan Nyampah di timeline semua followers anda.
  • gunakan RT atau Quote/Edit Tweet (Retweet with Quote) apabila isi tweet tersebut adalah informasi yang menarik dan ingin anda share ke semua followers anda. apabila tweet tersebut menarik, pastinya followers anda juga akan meRetweetnya kembali, dan bisa jadi followers anda akan bertambah karena info yang anda berikan.

sebenarnya ini juga salah satu tips dimana cara ini bisa mengurangi kejadian anda diUnfollow oleh para followers anda. dan mudah-mudahan sedikit tips dari saya ini berguna bagi anda yang sudah membaca.
usahakan penggunaan RT (ReTweet) dan Quote/Edit Tweet (Retweet with Quote) itu adalah sesuai dengan fungsinya dimana tweet yang isinya adalah informasi yang memang bagus untuk diShare ke para followers anda. dan bukan bersahut-sahutan dengan teman-teman anda malah dengan menggunakan Quote/Edit Tweet (Retweet with Quote).

mulai sekarang gunakanlah Reply untuk tweet yang bersahut-sahutan atau yang berbentuk membalas/menjawab pembicaraan.
silahkan disampaikan kepada semua followers dan teman-teman anda di Twitter. karena apabila anda menjadi orang yang menerapkannya, pelan-pelan salah kaprah dalam penggunaan fitur di Twitter akhirnya bisa diminimalkan atau mungkin dihilangkan.

sekian tips berkicau di Twitter dari saya.
kurang dan lebihnya, saya mohon maaf. untuk itu kritik, saran, masukan dan pendapat anda sangat saya harapkan karena akan sangat bermanfaat bagi semua pengguna Twitter.

Wassalaamu 'Alaykum Wa Rochmatulloohi Wa Barokaatuh.

Kamis, 03 Mei 2012

Konflik antar Agama


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dinamika sejarah manusia dalam beragama kerapkali membawa nuansa kekerasan dan peperangan. Berbicara mengenai agama ibarat berbicara tentang suatu paradoks. Di satu sisi, agama diyakini sebagai jalan menuju keselamatan, cinta, dan perdamaian. Di sisi lain, sejarah membuktikan agama justru menjadi sumber, penyebab, dan justifikasi terhadap tindakan kekerasan dan kehancuran umat manusia. Karena agama, orang dapat saling mencinta. Karena agama pula, orang dapat membunuh dan menghancurkan.
Setiap agama memiliki sejarah yang hampir sama, yakni seringkali diwarnai oleh aroma kekerasan dalam menegakkan nilai-nilai kebenaran, tidak terkecuali yang terjadi dalam sejarah hubungan Islam-Kristen.
Pelabelan islam sebagai agama fundamentalis, teroris, radikal, garis keras,militan, anti HAM dan sederet argument lainnya akhir-akhir ini kian semarak seiring terjadinya aksi terorisme diberbagai belahan dunia. Sebagai misal adalah pengeboman World Trade Center (WTC) di New York dan markas Pentagon di Washington DC pada 11 September 2001,tragedi Bom Bali, pengeboman di JW Marriot Hotel Jakarta, dan Lain-lain. Islam dan kekerasan sering dianggap sebagai satu kesatuan integral. Kitab suci ditangan kanan dan pedang ditangan kiri merupakan gambaran orang-orang diluar islam, terutama Barat terhadap islam.

B.     Rumusan Masalah
1)      Sejarah terjadinya Konflik Islam - Kristen
2)      Perbedaan Konsep Antar Agama
3)      Pemicu konflik islam-kristen
4)      Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Terjadinya Konflik Islam – Kristen
Pada abad-abad awal muncul dan sejarah perkembangannya, Islam mengalami berbagai macam konflik dengan kebudayaan Kristen yang saat itu mendominasi wilayah Eropa dan sekitarnya. Ada beberapa pandangan teologis yang tidak dapat diterima dalam iman Islam, dan demikian sebaliknya. Orang Kristen pun terlalu berprasangka bahwa perkembangan Islam merupakan ancaman bagi kebudayaan Kristen. Peristiwa perang salib yang terjadi antara Islam dan Kristen kiranya menjadi pelajaran barharga atas terjadinya kesalahan-kesalahan dalam relasi antara Islam dan Kristen. Faktor penyebab konflik itu sendiri bukan pertama-tama disebabkan oleh faktor keagamaan melainkan disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, ideologi, dan politik. Rupanya peristiwa sejarah ini masih menyimpan image tertentu bagi munculnya konflik ketika pemahaman esensial masing-masing agama Islam dan Kristen tidak terjadi. Suasana pertentangan ini masih terus terasa apabila agama Kristen dan Islam hanya dimaknai sebagai pembawa identitas kolektif saja yang mempertentangkan konsep-konsep teologis artifisial tanpa melibatkan kedewasaan iman terhadap Yang Transenden. Oleh karena itu, langkah pertama dalam rangka membuka dialog Kristen Islam adalah bersama-sama mengakui untuk melupakan kesalahan-kesalahan di masa lalu.
Dalam konteks Indonesia, konflik dan pertentangan ini dipengaruhi juga oleh situasi adanya kelompok mayoritas dan minoritas. Kelompok Muslim menjadi kelompok mayoritas pertama sedangkan Kristen merupakan kelompok mayoritas kedua, sementara kelompok lainnya tergolong minoritas. Kondisi ini memungkinkan terjadinya perbenturan kepentingan antara kelompok mayoritas maupun minoritas. Kelompok mayoritas memiliki dominasi di berbagai bidang termasuk politik, ekonomi dan kebudayaan. Perasaan menjadi kelompok mayoritas ini dapat memunculkan sikap primoridalisme sempit yang merasa diri sebagai kelompok paling dominan. Situasi ini rentan dimanfaatkan oleh kelompok elite tertentu dalam memperoleh kekuasaan di bidang ekonomi, politik, dan budaya melalui agama. Sementara dari kelompok minoritas, situasi ini dimanfaatkan untuk menjalin konsolidasi ekslusif yang justru semakin memperuncing pertentangan. Contoh kasus seperti: usaha sebagian aliran Islam yang memperjuangkan dicantumkannya syariat Islam dalam UUD atau sekelompok garis keras Kristen di Ambon maupun Poso yang mulai melakukan diskriminasi terhadap warga Muslim.
Selain itu, di Indonesia, beragama masih dipandang sebagai salah satu kebutuhan untuk memiliki identitas bahwa ia termasuk dalam golongan tertentu. Secara tidak langsung, agama menjadi salah satu kelompok yang memberi identitas warga. Hal ini tampak dalam sekelompok agama yang sedemikian radikal memperjuangkan identitas kelompoknya dalam hidup bermasyarakat seperti peristiwa DI TII dan kelompok Kristen radikal yang tidak terbuka terhadap kelompok lain. Bersama dengan kelompoknya, setiap orang merasa memiliki identitas diri yang berarti mendapatkan pengakuan diri. Jika demikian halnya, penghayatan kehidupan beragama akan menjadi sangat sempit dan artifisial.. Penghayatan agama tidak sampai menyentuh religiositas manusia dimana manusia menjadi semakin religius. Religiositas lebih melihat aspek yang ‘di dalam lubuk hati’, riak gerakan hati nurani pribadi yang terdalam untuk terlibat dalam karya keselamatan Tuhan bagi  manusia.[1]

B.     Perbedaan Konsep Antar Agama
Perbedaan konsepsi diantara agama-agama yang ada adalah sebuah realitas, yang tidak dapat dimungkiri oleh siapa pun. Perbedaan –bahkan benturan konsepsi itu- terjadi pada hampir semua aspek agama, baik di bidang konsepsi tentang Tuhan maupun konsepsi pengaturan kehidupan. Hal ini dalam prakteknya, cukup sering memicu konflik fisik antara umat berbeda agama.
 Pandangan stereotip satu kelompok terhadap kelompok lainnya, biasanya menjadi satu hal yang muncul bersamaan dengan terdengarnya genderang permusuhan, yang diikuti oleh upaya saling serang, saling membunuh, membakar rumah-rumah ibadah seteru masing-masing, dan sebagainya. Umat Islam dipandang sebagai umat yang radikal, tidak toleran, dan sangat subjektif dalam memandang kebenaran yang boleh jadi terdapat pada umat.sementara umat Kristen dipandang sebagai umat yang agresif dan ambisius.
Sebagian kalangan berpendapat bahwa perbedaan konsep keagamaanlah yang menjadi sumber konflik utama antara umat manusia. Tidak dapat dimungkiri bahwa sejumlah teks keagamaan memang mengatur masalah kekerasan dan peperangan. sebagian pengamat melihat, agama adalah sumber konflik, atau setidaknya memberikan legitimasi terhadap berbagai konflik sosial. Cara pandang terhadap agama dengan menempatkan agama sebagai sumber konflik, telah menimbulkan berbagai upaya menafsirkan kembali ajaran agama dan kemudian dicarikan titik temu pada level tertentu, dengan harapan konflik diantara umat manusia akan teredam jika faktor “kesamaan agama” itu didahulukan.

C.    Pemicu Konflik Islam-Kristen
Jika memang konsepsi agama, paling tidak agama islam, bukanlah alasan dan sebab utama yang memicu konflik antar umat islam dan kristen (serta umat beragama lain). Sejumlah kajian dan penelitian menjelaskan bahwa titik persoalan sebenarnya terletak pada faktor internal dan eksternal umat. Tidak hanya di negara-negara yang penduduknya minoritas muslim, bahkan yang  penduduknya mayoritas penduduknya  muslim seperti di indonesia ini gerakan puritanisasi dan revitalisasi islam harus “berhadapan” dengan peradaban global yang sekuler, kapitalistis, dan bersemangat hedonistis.
Politik islam negara-negara barat yang berabad-abad menekan aspirasi umat, yang kemudian disusul oleh upaya pembangunan di masing-masing negara dengan patron mengikuti barat yang pernah menjajahnya membuat peran umat ini (Muslim) semakin lama semakin berkurang. Marginalisasi peran politik, ekonomi dan kebudayaan menyebabkan kaum muslim mengalami disposisi dan disorientasi.
Untuk level di Indonesia, faktor di atas, diikuti dengan dengan upaya pemerintah memberikan “kebebasan” berbuat kepada umat kristen, sehingga walaupun secara kuantitatif jumlah mereka kecil, namun secara kualitatif, peran politik, ekonomi, dan menentukan arah nilai-nilai moral, bahkan peradaban masa depan bangsa ini yang diberikan kepada mereka relatif besar. Secara kasat mata, pengaruh mereka dapat dilihat pada berkembangnya cara hidup kebarat-baratan di tengah umat.
Secara internal, kaum muslim masih berkuatat dengan kemiskinan, keterbelakangan dan ketertinggalan. Kondisi ini diperparah oleh adanya penyakit “Islamofobia”(takut kepada islam) yang ironisnya, tidak hanya pada umat kristen, tapi juga menjangkiti sebagian cendekiawan muslim. Kelompok ini yang nota bene adalah penganut pluralisme agama, mudah tersengat dan curiga pada gerakan-gerakan “Islam Fundamentalis”, yang dinilai ekstrim dan militan. Kelompok yang terakhir ini, yang senantiasa termaginalkan, didorong oleh semangat membebaskan umat dari matrealisme yang sesat, yang mendorong pada suatu kesadaran hakiki, bahwa agama merupakan suatu kebutuhan batiniah sekaligus kebutuhan intelektual manusia. Konflik antar umat Islam-Kristen sendiri, kebanyakan adalah kompleksitas persoalan-persoalan sosial, ekonomi, politik, yang oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab dilegitimasi ‘perbedaan konsepsi keagamaan’. [2]

D.    Akar Penyebab Konflik Islam – Kristen
Leopold Von Wiese dan Howard Becker sebagaimana dikutip Soerjono Soekanto menyebutkan bahwa ada empat akar penyebab konflik.[3] Pertama,perbedaan antarindividu atau kelompok. Perbedaan ini menyangkut perbedaan pendirian dan perasaan. Kedua, perbedaan kebudayaan. Baik individu maupun kelompok, secara sadar atau tidak, sedikit banyak dipengaruhi oleh pola pemikiran dan pola pendirian dari budaya kelompoknya. Ketiga, perbedaan kepentingan. Perbedaan kepentingan antarindividu maupun kelompok seringkali menjadi pemicu konflik. Wujud kepentingan ini bermacam-macam, misalnya kepentingan politik, ekonomi, dan sebagainya. Keempat , perubahan sosial. Perubahan yang berlangsung dengan cepat akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Hal itu menyebabkan munculnya kelompok-kelompok yang berbeda pendirian.[4]

E.     Perbedaan Sikap Mental dan Doktrin
Konflik sebagai kategori sosiologis bertolak belakang dengan pengertian perdamaian dan kerukunan. Dalam konteks ini, kontruksi sebagai fakta sosial melibatkan minimal dua pihak (golongan) yang berbeda agama, bukannya sebagai  konstruksi kayal (konsepsional) melainkan sebagai fakta sejarah yang masih sering terjadi zaman sekarang juga. Misalnya bentrokan antara umat kristen gereja purba dengan umat yahudi, benturan umat kristen dengen penganut agama romawi (agama kekaisaran) dalam abad pertama sampai dengan ketiga.
Dalam penyorotan sekarang ini mengkhususkan pada satu sumber bentrokan saja, yaitu perbedaan iman. Dan berkaitan dengan iman juga perbedaan mental umat beragama.
Bahwa perbedaan iman (dan doktrin) menimbulkan bentrokan tidak pelu kita persoalkan, tapi kita menerimanya sebagai fakta dan mencoba untuk memahami, dan mengambil hikmahnya. Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-masing menyadari bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab utama benturan itu. Entah sadar atau tidak setiap pihak mempunyai gambaran tentang ajaran agamanya, membandingkan dengan ajaran agama lawan, memberikan penilaian atas agama sendiri dan agama lawan nya.
Dalam konflik agama yang menimpa katolik karena perbedaan iman dengan agama lain, sikap umat katolik pada umumnya bersifat defensif bukan ofensif. Mereka berpegang pada prinsip bahwa bukan yang menyerang  itu menang, tetapi yang benar mesti menang. Dalam soal konflik iman umat islam tampak berada pada posisi lebih untung dipandang dari segi hukum agama. Karena agama islam memperbolehkan “jihad” (perang suci) apabila agama itu dirasa oleh umatnya dibahayakan oleh pihak lain. Jadi dapat dikatakan sifat “jihad “ itu ofensif (menyerang).
Seperti sudah dikatakan dimuka umat setiap agama mempunyai keyakinan bahwa agamanya memiliki ajaran yang paling benar. Maka mereka menjadi sombong , merasa lebih tinggi daripada semua pemeluk agama yang lain. Dalam asap kesombongannya mereka merasa tahu lebih tepat mengenai rahasia dunia akhirat dan memastikan diri akan masuk surga, sedangkan penganut agama lain akan masuk neraka. Kesombongan kayal itu melahirkan sikap memandang rendah (menghina) pemeluk agama lain. Mereka memandang segala sesuatu yang ada pada golongan agama lain serba bodoh danserba salah, baik ajarannya, ibadatnya, maupun tingkah lakunya dalam masyarakat, bahkan sampai pada hal-hal yang sepele seperti pakaian dan roman muka, cara berpikir dan berbicara. [5]



BAB III
PENUTUP


          Kesimpulan

Dari uraian penjelasan makalah ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa konflik antar umat beragama, dalam hal ini islam-kristen, dalam berbagai kasus, tidaklah disebabkan karena perbedaan konsepsi diantara dua agama besar ini. Itu lebih merupakan asumsi yang tendesius, yang sengaja atau tidak, berupaya ‘mengaburkan’ peran agama dalam membentuk peradaban baru yang lebih progressif. Dia lebih menonjolkan ‘wajah muram’ agama-agama di tengah umatnya.sehingga agama tidak ubahnya seperti tembok yang memisahkan manusia dengan manusia dari kepercayaan yang berbeda. Sekaligus menumbuh suburkan sikap kebencian dan permusuhan diantara pemeluk agama.
Implikasi yang muncul kemudian adalah lahirnyaa dua kutub pemikiran. Yang pertama bersikap ‘antiagama’ sementara yang terakhir mencoba ‘menyamakan’ agama-agama, dengan berlindung di balik ‘topeng’ pluralisme agama. Gagasan yang terakhir ini, jika ditinjau dari keseluruhan aspek islam terhadap kristen jelas suatu gagasan yang tidak mungkin, karena ‘memang’ kedua agama ini berbeda.
Meskipun demikian, konflik antara umat Islam dan Kristen jika dianalisa lebih jauh, tidak seluruhnya disebabkan karena perbedaan konsepsi diantara kedua pemeluknya. Faktor-faktor politik, sosial, ekonomi dan sebagainya sering lepas dari pengamatan. Sehingga agama dijadikan alat legitimasi terhadap sikap-sikap agresif dan radikal kelompok satu dengan lainnya.

Daftar Pustaka


Hendropuspito.D,1985, Sosiolog agama, Yogyakarta : KANISIUS
Ahmad asroni’, Meneropong Hubungan Konflik Islam – Kristen : Sebuah Telaah Sejarah, Vol.5 No.1
Soejono Soekanto,1995, Sosiologi Suatu Pengantar,Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Wahib, Ahmad, 1981,Pergolakan Pemikiran Islam, Jakarta: LP3ES



[1] Wahib, Ahmad, Pergolakan Pemikiran Islam, Jakarta: LP3ES, 1981
[2] http://fush.uin-suska.ac.id/attachments/074_KONFLIK%20ISLAM%20_Tarpin,%20M.Ag
[3] Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,1995) hlm 107-108
[4] Ahmad asroni’, Meneropong Hubungan Konflik Islam – Kristen : Sebuah Telaah Sejarah, Vol.5 No.1 hlm 78
[5] Hendropuspito.D, Sosiolog agama,( KANISIUS : Yogyakarta,1985) hlm 151-155

Senin, 27 Februari 2012

Harapan

AKU bukanlah Siti Khadijah, yang begitu sempurna dalam menjaga dirinya.

Aku Pun bukanlah Hajar ataupun Mariam, yang begitu setia dalam sengsara.

TETAPI diriku hanya seorang wanita akhir zaman, yang bercita-cita menjadi wanita sholehah.

Bimbinglah Aku,

Ajarkanlah Aku
Fahamkan Aku Supaya Aku Tahu,

Redhakanlah Hatimu Menerima Segala Kekuranganku

Karena Aku Hanya Wanita Biasa'...

...........

Ingin ku MENDAKATImu, ku takut diri ini tidak bisa MENGENDALIKAN.

Ingin ku PEGANG tanganmu ku takut tangan ini malah NAKAL.

Ingin ku MEMANDANG dirimu ku takut mata ini malah akan BERTAMABAH PARAH

Jadi biarkan aku MENJAUH darimu agar KESUCIANKU & DiriMU tetap terjaga.

hingga Engkau MENGKHITBAH DIRIKU....


:)

Ayah

Arti ayah dkhidupanmu..

Bagi seorang yg sdh dwasa,
yg sedang jauh dr orangtua,
akn sering mrasa kangen dgn ibunya.

bgmn dgn ayah ?

Mungkin krn ibu lbh sering nelpon utk mnanyakan keadaan mu

Tp tahukah kmu,
jika trnyt ayah lah yg mngingatkan ibu utk mneleponmu ?

Saat kecil,
Ibu lah yg lebih sring mndongeng.
Tp tahukah kmu bhw sepulang ayah bekrja dgn wajah lelah beliau slalu menanyakan pd ibu ,apa yg kmu lakukan seharian.

Saat kmu sakit batuk/pilek,
ayah kadang mmbentak
"sudah dibilang! jgn minum es!".
Tp tahukah kmu bhwa ayah khawatir ?

Ktika kmu remaja,
kmu mnuntut utk dpt izin kluar malam.
ayah dgn tegas brkata "tidak boleh !"
Sadarkah kmu bhw ayah hny ingin menjagamu ?

Krn bagi ayah, kmu adlh sesuatu yg sngat berharga.

Saat kmu bisa lebih dipercaya,
Ayah pun melonggarkan praturannya.
Kmu akan mmaksa utk melanggar jam malamnya.

Maka yg dilakukan ayah adlh menunggu di ruang tamu dgn sngat khawatir.

Ketika kmu dewasa,dan hrs kuliah di kota lain.
Ayah hrus mlepasmu.
Tahukah kmu bhw badan ayah terasa kaku utk memelukmu?

Dan ayah sngat ingin menangis.
Di saat kmu memerlukan ini-itu, utk keperluan kuliahmu, ayah hnya mengernyitkan dahi.
Tp tanpa menolak,
beliau memenuhinya.

Saat kmu diwisuda.
ayah adlh org pertama berdiri dan brtepuk tangan 'tukmu.
ayah akn trsenyum dan bangga

Sampai ketika tman psanganmu dtang
utk mminta izin mengambilmu dari ayah
ayah akn sngat berhati-hati dlm mmberi izin

Dan akhirnya..
Saat ayah melihatmu duduk dipelaminan brsama seorang yg dianggapnya pantas,
Ayahpun trsenyum bahagia

Apa km tahu,
bhw ayah sempat pergi ke blakang dan menangis?

ayah menangis krn ayah sangat bahagia.

Semoga Putra/i kecilku yg manis berbahagia bersama pasangannya"

Stlh itu ayah hnya bisa
menunggu kedatanganmu brsm cucu-cucunya yg sesekali dtg utk menjenguk

Dgn rambut yg memutih dan badan yg tak lagi kuat utk menjagamu

♥ ayah

Agama Dan Konflik

. Di satu sisi agama dipandang oleh pemeluknya sebagai sumber moral dan nilai, sementara di sisi lain dianggap sebagai sumber konflik. Meminjam istilah Afif Muhammad, “agama acapkali menampakkan diri sebagai sesuatu yang berwajah ganda”. Hal itu seperti yang disinyalir oleh Johan Efendi [1], yang menyatakan bahwa agama pada suatu waktu memproklamirkan perdamaian, jalan menuju keselamatan, persatuan, dan persaudaraan, namun pada waktu yang lain menampakkan dirinya sebagai sesuatu yang dianggap garang dan menyebar konflik, bahkan tak jarang seperti dicatat dalam sejarah, menimbulkan peperangan.

A.    Agama dan Indikasi Konflik
Pada dasarnya, apabila merujuk kepada Al Quran, banyak indikasi yang menjelaskan adanya faktor konflik yang ada di masyarakat. Secara tegas, Al-Quran menyebutkan bahwa faktor konflik itu sesunnguhnya berawal dari manusia. Misalnya dalam Surat Yusuf ayat 5 dijelaskan tentang adanya kekuatan pada diri manusia yang selalu berusaha menarik dirinya menyimpang  dari nilai-nilai dan norma Ilahi. Atau, secara lebih tegas disebutkan bahwa kerusakan bisa berbentuk kerusuhan, demonstrasi dan lain-lain yang diakibatkan oleh tangan manusia. Penganut suatu agama tentu saja manusia, dan manusia adalah bagian dari masyarakat. Penganut agama adalah orang yang meyakini dan mempercayai suatu ajaran agama. Keyakinan itu akan melahirkan bentuk perbuatan baik atau buruk, yang dalam term islam disebut “aaml perbuatan”. Dari mana mereka meyakini bahwa suatu perbuatan itu baik dan buruk. Keyakinan ini dimiliki dari rangkaian proses memahami dan mempelajari ajaran agama itu. Oleh karana itu, setiap penganut akan berbeda dan memiliki kadar interpretasi yang beragam dalam memahami ajaran agamanya, sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Akibat perbedaan pemahaman itu saja, cikal bakal konflik tidak bisa dihindarkan. Dengan demikian, pada sisi ini agama memiliki potensi yang dapat melahirkan berbagai bentuk konflik. Paling tidak konflik seperti ini adalh konflik intra-agama atau disebut juga konflik antarmazhab, yang diakibatkan oleh perbedaan pemahaman terhadap ajaran agama.
Paling tidak ada dua pendekatan untuk sampai pada pemahaman agama. Pertama, agama dipahami sebagai suatu dari doktrin dan ajaran dan kedua, agama dipahami sebagai aktualisasi dari doktrin tersebut yang terdapat dalam sejarah. Dalam ajaran atau doktrin agama, terdapat seruan untuk menuju keselamatan yang dibarengi mengajak orang lain menuju keselamatan tersebut. Dan dalam pengalaman suatu ajaran agama oleh pemeluknya, tampak kesenjangan jika dibandingkan dengan doktrin agamanya.
Oleh karena itu, dalam setiap agama, ada istilah dakwah, meskipun dalam bentuk yang berbeda. Dakwah merupakan upaya mensosialisasikan(mengajak,menyeru) ajaran agama. Bahkan, tidak jarang masing-masing agama menjastifikasi bahwa agamanya lah yang paling benar. Apabila kepentingan  ini lebih di kedepankan, masing-masing agamaakan berhadapan satu sama lain dalam menegakkan kebenarannya. Ini yang memunculkan adanya sentimen agama. Maka tidak mustahil benturan pun sulit dihindarkan. Dan inilah yang melahirkan konflik antaragama bukan intra-agama.
Pada tataran ini tampaknya agama tidak hanya menjadi faktor pemersatu (integrative factor), tetapi juga faktor disintegratif( disintegratife factor). Faktor disintegratif timbul karena agama itu sendiri memiliki potensi yang melahirkan intoleransi(konflik), baik karena faktor internal  ajaran agama itu sendiri maupun karena faktor eksternalnya yang sengaja dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang mengatasnamakan agama. Apalagi, tampaknya dalam pembendaharaan perpolotikan kita, ada kecenderungan agama disejajarkan dengan persoalan kesukuan dan rasisme(rasialisme). Dua hal ini sebetulnya mengandung klerawanan dan kepekaan yang sangat tinggi, yang kemudian mengundang benih-benih timbulnya sektarianisme.
Dalam hal ini, kiranya perlu dipertimbangkan pandangan Nurcholis Madjid[2], yang menyarankan agar agama tidak di sejajarkan dengan suku dan ras. Dan pada sisi ini dirasakan perlunya memandang istilah Toleransi Beragama. Sebab, setiap agama mengajarkan kasih sayang dan toleransi. Sebenarnya, cara pemahaman dan pengalaman para penganutya yang seringkali membuat ajaran tersebut menjadi kabur.

B.   Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental
Konflik sebagai kategori sosiologis yang bertolak dengan pengertian perdamaian dan kerukunan. Dalam konteks ini konflik sebagai fakta sosial melibatkan minimal dua pihak (golongan) yang berbeda agama, bukannya sebagai konstruksi melainkan sebagai sejarah yang masih terjadi pada zaman sekarang ini.
Masyarakat kita yang terkenal sebagai masyarakat beragama memang tidak dengan, sendirinya menjadi masyarakat yang ideal, karena tidak ditempati oleh penghuni yang ideal yaitu mereka yang belum sanggup mengekang hawa nafsunya, belum saling mencintai sebagaimana dituntut oleh agamanya. Yang sering ada justru sikap-sikap mental yang negatif itu, yang sering terjadi justru ketegangan, ketakutan dan kecemasan.

C.   Perbedaan Suku dan Ras pemeluk Agama
Bahwa perbedaan suku dan ras berkat adanya agama bukan menjadi penghalang untuk menciptakan hidup persaudaraan yang rukun. Dan hal itu tidak perlu dibicarakan lagi, namun apakah perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan antar umat manusia. Bahwa faktor ras itu sendiri terlepas dari agama sudah membuktikan dengan bertambahnya permusuhan dan pencarian jalan keluarnya. Asumsi yang terkenal itu dan telah mengundang banyak sanggahan yang gigih ialah Arthur de Gobineau, dalam karangannya yang menjadi klasik, “Essai sur I’inegalite de races humaines”. Asumsi itu pada intinya menyatakan bahwa ras kulit putih merupakan ras tertinggi bangsa manusia, dan bahwa ras itu dipanggil untuk membawakan obor kemajuan di dunia ini, dan bahwa ras yang bukan kulit putih ditakdirkan untuk tidak dapat menghasilkan sesuatu yang berarti dalam bidang kemajuan.
Namun kenyataan sejarah tidak dapat di bantah bahwa ras kulit putih sejak awal tarikh Masehi memeluk agama Kristen yang nantinya oleh Max Weber dinyatakan sebagai kekuatan yang mendatangkan kemajuan dalam berbagai sektor peradaban, khususnya kapitalisme dan teknologi.

D.    Perbedaan tingkat kebudayaan
Dalam kenyataanya bahwa tingkat kemajuan budaya berbagia bangsa ini tidak sama. Demi mudahnya pendekatan kita bedakan saja menjadi dua tingkat kebudayaan, yaitu kebudayaan tinggi dan kebudayaan rendah. Tolak ukur untuk menilai dan membedakan kebudayaan dalam dua kategori itu berupa asumsi yang sudah umum, pertama akumulasi ilmu pengetahuan positif dan teknologis di stu pihak pembangunan fisik di lain pihak dan kedua yaitu bahwa agama itu merupakan motor penting dalam usaha manusia menciptakan tangga-tangga kemajuan. Dari asumsi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya ketegangan antara bangsa yang berbudaya tinggi dan bangsa yang berbudaya masih rendah yang dialami dunia dari masa lampau hingga sekarang ini tidak dapat dilepaskan dari pertanggungjawaban agama-agama yang di anut oleh bangsa-bangsa yang bersangkutan. Secara moral agama-agama tidak bisa cuci tangan atas terjadinya jurang diskriminatif antara bangsa maju dan bangsa yang terbelakang. Keterlibatan agama-agama dalam hal tanggung jawab atas masalah tersebut tidak bisa terelakkan, bila kita berpegangan pada asumsi bahwa ilusi keunggulan ras(kulit putih) sebagai faktor penyebab kemajuan kebudayaan tidak dapat kita terima. Demikianlah agama merupakan motor dan promotorpenting dalam bagi pembudayaan manusia khususnya dan alam semesta umumnya.
Dalam rangka pemikiran di atas dapat di katakan bahwa masyarakat beserta kebudayaan merupakan sebuah usaha manusia untuk membangun dunianya. Dan agama menduduki tempat tersendiri dalam usaha itu. Kekhususan fungsi dalam hal ini ialahbbahwa agama menangkap dunia ini dalam pengertian-pengertian yang serba suci. Tepatnya yang harus dikatakan, bukan agama itu sendirilah yang membangun dunia, tetapi manusia yang berinspirasi pada agama yang dipeluknya.
Kalau asumsi bahwa agama memainkan peranan dominan dalam menciptakan masyarakat budaya dan melestarikan alam semesta itu benar, maka adalah suatu kewajiban moral dari bangsa-bangsa yang agamanya kurang berfungsi (disfungsional) untuk meninjau kembali agamanya. Masalah yang amat kompleks itu tidak dapat diatasi dalam waktu dekat, apalagi hanya oleh studi sosiologis saja, karena ini berhadapan dengan masalah teologis.

E.    Agama dan Sekularisasi
Sekularisasi kebudayaan meliputi penyusutan hal yang sakral dan peningkatan rasionalitas fikiran manusia. Dua-duanya merupakan perubahan brntuk pemikiran dan transformasi masyarakat, karena menyangkut perubahan dalam cara berfikir dan kegiatan utama manusia, maka ia juga melahirkan perubahan dalam struktur sosial masyarakat. Masyarakat perkotaan yang sibuk dengan kegiatan keduniawian ini berkembang sebagai dasar struktural perubahan-perubahan bentuk dan cara berfikir. Tampilnya kebudayaan sekuler pada dasarnya merupakan perkembangan anti agama atau paling tidak “kontra-agama”. Tetapi pernyataan ini sangat membutuhkan kualifikasi. Kehidupan kota sering kembali menjadi tradisional, agama sering membantu sekurelarisasi dan bertumpu pada aspek sudut pandangnya. Sebenarnya, seperti yang telah kita, tidak semua agama dunia menentang seluruh aspek sekulerisasi.
Kebanyakan agama dunia telah mengalami rasionalisasi sampai suatu tingkat tertentu dan karena itu mempercepat proses sekulerisasi. Agama alkitabiah yang tidak memandang  dunia sebagai hal yang suci merupakan faktor penting dalam sekulerisasi fikiran barat. Oleh karena itu dalam cara ringkasan tidak mungkin menggeneralisir terlalu jauh hubungan antara agama da sekurelisasi. Yang perlu dilakukan ialah menelaah agama tertentu dan reaksinya terhadap aspek tertentu dari proses sekulerisasi.


Daftar Pustaka

Johan Effendi, Dialog Antar Umat Beragama, Bisakah Melahirkan Teologi Kerukunan, dalam prisma, No.5,juni ,LP3ES,jakarta,1978
Madjid,Nurcholish,”Agama dan Masyarakat” dalam A.WW. Widjaja(ed), Manusia Indonesia, Individu, keluarga dan masyarakat, CV akademika Pressindo, jakarta,1986
f. o’dea. Thomas. “sosiologi agama”. 1985Jakarta: CV. Rajawali